Beritabali.com, DENPASAR.
"Kalau sudah ada itu (standar produksi) baru kita bisa berbicara tentang pemasaran," ujar Ngurah Udayana, bartender profesional asal Bali, kepada Beritabali.com.
Agar arak Bali bisa diakui hingga level internasional, sebut Ngurah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama bahan dasar yang aman untuk dikonsumsi, kedua proses dengan alat yang memiliki standar yang jelas, dan ketiga hasil yang sesuai dengan standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Menurut Ngurah Udayana, petani atau pembuat arak rumahan di Bali harus bersatu untuk menetapkan sebuah standar baku pembuatan arak Bali.
"Mereka (pembuat arak Bali rumahan) harus bersatu dulu, misalnya hasil produksi semua dikumpulkan, kemudian ada perusahaan besar yang bisa menampung bahan dasar ini untuk diolah menjadi arak Bali yang standar," ujar pria yang kini ikut membidani produksi vodka dan whisky lokal buatan Bali di perusahaan tempatnya bekerja.
Agar produksi arak Bali bisa semakin berkembang, imbuhnya, petani arak juga harus bergabung untuk membuat standarisasi produksi kemudian dibuat agar produksi arak Bali bisa menjadi legal.
"Tapi jika arak Bali sudah legal dan ada pita beacukai pajak, maka harganya akan menjadi mahal, petani atau masyarakat Bali akan membeli arak Bali dengan harga mahal, padahal arak selama ini identik dengan minuman rakyat," ujarnya.
Arak Bali, sebut Ngurah, memiliki potensi yang sangat bagus dari sisi ekonomi, apalagi di tengah adanya minuman alkohol impor yang harganya mahal.
"Arak karakternya agak terasa (kuat), jika saat ini dipakai di bar-bar, arak di"infused" dengan buah atau jus untuk mengurangi bau dan rasa, sehingga turis macanegara bisa menikmatinya," ujar Ngurah. [bbn/psk]
Penulis : putu setiawan kondra
Editor : Putra Setiawan